Rabu, 09 November 2011

Penyu Terluka Terdampar di Slamaran

image
Pekalongan, CyberNews. Seekor penyu raksasa dengan panjang 1,2 meter dan lebar 80 cm, dengan berat diperkirakan 150 kg ditemukan pemancing di muara Kali Cemara Sewu, Senin (31/10) dinihari sekitar pukul 02.00. Pertama kali penyu raksasa yang diperkirakan dari jenis penyu hijau (Chelonia Mydas) tersebut ditemukan oleh Glegek, pemancing warga Jl Belimbing, Kota Pekalongan.

Kail milik pemancing tersebut terkena tali tambang yang terikat di kaki bagian depan penyu raksasa tersebut. Karena berat saat ditarik, Glegek akhirnya bersama beberapa warga sekitar mengangkut penyu raksasa. Saat proses pengangkatan ke darat, penyu terjatuh sehingga tempurung penyu tersebut mengalami luka cukup serius. Selain luka di tempurung, juga terdapat luka sayatan sepanjang sepuluh centimeter melintang di bagian penyu naas tersebut.

Rehan (26) warga Slamaran RT 2/9 Kelurahan Degayu menyebutkan, penyu ditarik ke darat pada Senin (31/10) pagi pukul 08.00. Dari penyu seberat hampir 150 kg tersebut, didapati tali tambang di bagian kanan. Diduga penyu tersebut sempat terkena jaring nelayan, namun dilepas kembali.

”Ada lilitan tali tambang di kaki kanan depan yang terkena kail milik Glegek,” ujar Rehan. Rehan menambahkan, baru kali ini warga di kawasan Slamaran menemukan penyu raksasa yang termasuk hewan yang dilindungi tersebut.

Petugas dari Dinas Pertanian Peternakan dan Kelautan (DPPK) Kota Pekalongan langsung memeriksa kondisi penyu tersebut. Petugas memberikan obat antiseptik di bagian kepala dan tempurung yang terluka.

Dokter hewan dari DPPK, drh Fitria Kurniawati kepada wartawan menjelaskan, usia penyu diperkirakan lebih dari 50 tahun. ”Penyu mengalami luka di bagian tempurung dan kepala, namun dalam kondisi normal. Nanti kita akan berkoordinasi dengan pihak BKSDA Pemalang untuk perawatan hewan langka tersebut,” ujar Fitri.

Penyu raksasa tersebut Selasa (1/11) pukul 15.00, dibawa petugas menggunakan mobil polisi. Menurut keterangan warga, penyu tersebut dibawa ke BKSDA Pemalang untuk dirawat.
( Makhjudin Zein / CN34 / JBSM )
LIWA - Penjualan telur penyu di sejumlah pasar dipesisir kembali marak, sekaligus berdampak terhadap populasi penyu di Lampung Barat yang diduga terancam punah.
  
"Penjualan telur penyu disejumlah pasar di pesisir semakin marak, bahkan pedagang dengan bebas menjajakan telur tersebut dengan konsumen," kata masyarakat Kecamatan Bengkunat, Lampung Barat, Warsidi (38) sekitar 345 Kilometer, dari Bandarlampung, di Bengkunat,hari ini.
  
Dia menjelaskan, minimnya pengawasan membuat penjualan telur penyu semakin merajalela.
  
Menurut dia, maraknya penjualan telur penyu dipasaran dapat mengancam populasi penyu di kawasan pesisir Lampung Barat.
  
"Saya menyayangkan petugas tidak jeli mengawasi peredaran telur penyu dipasaran, bila dibiarkan, dapat dimungkinkan oknum dengan bebas menjarah telur penyu tersebut," kata dia lagi.
  
Masih kata Warsidi, petugas selayaknya dapat melaksanakan oprasi pasar, untuk melakukan investigasi terkait telur penyu yang dijual bebas tersebut.
  
Sementara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat Nata Djudin Amran mengatakan, minimnya angaran dan petugas membuat pengawasan di daerah pesisir semakin lemah.
   
"Kami menyadari minimnya petugas ditambah dengan angaran pemerintah daerah membuat pengawasan pesisir tidak maksimal, akan tetapi semua dapat diatasi dengan terjalinnya koordinasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengawasi maraknya peredaran telur penyu tersebut," katanya.
  
Nata menjelaskan, pemerintah daerah tak mampu mengawasi kawasan pantai pesisir tanpa melibatkan unsur masyarakat.
  
Dia menguraikan, seharusnya masyarakat dapat melaporkan langsung bila melihat pedagang menjual telur penyu dipasaran, sehingga petugas dengan cepat untuk menindak lanjutinya.
  
"Saya merasa kesadaran masyarakat masih sangat kurang dalam hal menjaga kelestarian, padahal pihak pemerintah tidak henti-hentinya melakukan sosiallisasi guna menyadarkan masyarakat dalam merawat dan menjaga populasi penyu dari kepunahan, namun sosiallisasi tersebut belum mendapat respon yang memuaskan," kata dia.
  
Kemudian lanjut dia, minimnya penghijauan dan abrasi, menjadi faktor terancamnya populasi penyu di Lampung Barat.
  
Dia menambahkan, berharap pemerintah pusat dapat serius membantu Lampung Barat mengatasi persoalan lingkungan di kawasan pesisir.
  
Minimnya penghijauan tersebut membuat beberapa titik dilokasi pantai tersebut terjadi abrasi, bahkan saat ini abrasi pantai tersebut mencapai enam hingga tujuh meter lebih.
  
Sepanjang 100 kilometer dari 211,5 kilometer Pesisir Lampung Barat diketahui merupakan tempat pendaratan empat dari tujuh jenis penyu yang dilindungi, meski demikian, beberapa titik pendaratan, khususnya di pantai sepanjang 3,5 kilometer, diketahui sudah gundul dan sudah ada abrasi di muara-muara sungai.
  
Minimnya pengawasan pantai menjadi penyebab penjarahan telur penyu, dan kondisi tersebut akan mengancam kelestarian hewan langka tersebut.
  
Selain itu beberapa titik abrasi dan minimnya penghijauan membuat keberadaan penyu tidak terditeksi bahkan sudah sangat jarang kawanan penyu mendarat di kawasan pantai pesisir akibat kondisi alam tersebut.
  
Kondisi yang terjadi, selayaknya dapat ditanggapi oleh pemerintah pusat, pasalnya daerah ini menjadi kawasan konservasi penyu langka dan patut mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Telur Penyu Gagal Diselundupkan
Headline
blogspot.com
Oleh: Berita Khatulistiwa
Sindikasi - Kamis, 20 Oktober 2011 | 23:05 WIB
Powered by Translate
INILAH.COM, Pontianak - Tim Operasi Gabungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat dan Kepolisian Daerah provinsi itu berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 6.500 butir telur penyu di Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang.
Sebanyak 6.500 butir telur penyu hijau (Chelonia mydas) dalam 13 keranjang plastik yang terbungkus rapi ini berasal dari Kepulauan Riau.
Telur-telur tersebut diangkut melalui jalur transportasi laut hingga ke Pelabuhan Pemangkat. Di pelabuhan Pemangkat, penampung yang mendapatkan telur penyu dari nelayan-nelayan ikan diedarkan kepada pedagang eceran. Selanjutnya dibawa ke Pasar Serikin, Sarawak, Malaysia Timur untuk diperdagangkan di sana.
Menurut Kepala Balai KSDA KSDA Kalbar melalui Kepala Seksi Wilayah III Singkawang, Junaidi, selain mengamankan barang bukti, aparat juga menahan tiga tersangka warga Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas.
“Ketiga tersangka yang ditangkap sedang sedang menjalani pemeriksaan intensif,” katanya di Pontianak, Kamis (20/10).
Saat ini, pendalaman kasus sedang ditelusuri penyidik agar mata rantai perdagangan telur penyu ini dapat dibongkar.
Junaidi mengakui jaringan peredaran ini melalui mata rantai yang cukup panjang. Nelayan adalah orang pertama yang terlibat dalam aksi perdagangan ilegal itu. Lalu ditampung di wilayah Pemangkat sebagai tempat mereka berlabuh. “Dari situlah didistribusikan kepada pedangang eceran yang akan berangkat ke Malaysia,” ungkapnya.
Junaidi menyebut upaya ini akan dikoordinasikan dengan Balai Besar KSDA Riau agar bisa secara bersama memberantas peredaran telur penyu ini.
“Kampanye penyadaran masyarakat dalam melindungi satwa langka ini juga sudah kita lakukan. Di antaranya dengan imbauan agar masyarakat tidak lagi mengonsumsi telur penyu,” katanya.
Hingga kini, tambah Junaidi, operasi gabungan yang dipimpin Azmardi ini masih terus melacak dan mengembangkan penyelidikan dari pelaku-pelaku yang tertangkap.
“Target utama kita adalah menangkap penampung besar yang diduga berdomisili di Pemangkat. Hanya dengan cara itu mata rantai peredaran telur penyu bisa diputuskan,” tegasnya. [mor]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi di sini atau akses mobile langsung http://m.inilah.com via ponsel dan Blackberry !

Masih Banyak Pencurian Telur Penyu di Berhala

JAMBI | SURYA Online - Pihak aparat pemerintahan desa di Pulau Berhala mengungkapkan perburuan dan pencurian terhadap telur-telur penyu di pulau tersebut hingga kini masih sering dan terus terjadi.
“Perburuan penyu, tukik (anak penyu) dan pencurian terhadap telur-telur penyu disertai pengrusakan sarangnya masih sering dan terus terjadi di pulau kita ini,” kata Kepala Dusun Pulau Berhala Tanjabtim Edi Junaidi, di Muara Sabak, Senin (24/10/2011).
Di katakannya di pantai-pantai pulau berhala yang berpasir putih dan bersih memang semenjak dulu sudah menjadi pulau persinggahan dan bertelur penyu-penyu laut.
Bahkan, salah satu anak Pulau Berhala yakni Pulau Sisik yang berada di sisi sebelah timur laut Pulau Berhala sedari dulu telah menjadi pulau persinggahan dan bertelur penyu-penyu laut yang datang sekali dalam enam bulan.
Di sepanjang bentangan pantai sering mendapati sarang penyu sudah digali dan telurnya telah diambil tangan-tangan jahil orang-orang tak dikenal.
Sumber : antara
Editor :


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews