Rabu, 09 November 2011

Pesona Alam Taman Nasional Komodo

Eko Huda S

VIVAnews - Komodo berhasil menjadi sepuluh besar finalis tujuh keajaiban dunia yang diselenggarakan oleh Yayasan New7Wonders. Para pemenang akan diumumkan 11 November 2011. Dan Taman Nasional Komodo berpeluang masuk tujuh keajaiban dunia itu.
Taman Nasional Komodo, sesungguhnya bukan cuma soal kadal raksasa yang namanya sudah mendunia itu. Tapi juga menyimpan pesona alam yang memikat begitu banyak pelancong datang ke sana. Taman Nasional ini memiliki tiga pulau utama, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Di luar tiga pulau utama itu, bertebaran pula pulau-pulau kecil dengan pasir putih yang mempesona.
Hewan raksasa yang langka, kekayaan bawah laut yang menawan membuat UNESCO menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai salah satu Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Taman Nasional Komodo itu terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kecamatan Komodo meliputi semua pulau-pulau di sekitar Pulau Komodo dan wilayah di pesisir barat Pulau Flores. Ibukota kecamatan ini adalah Labuan Bajo, yang juga menjadi ibukota Manggarai Barat.
Air laut yang jernih memancing para turis snorkling di kawasan ini. Wisatawan yang menyukai trekking juga dapat menikmati pemandangan indah Teluk Loh Buaya dari atas bukit dan keindahan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Selain menjadi tempat hidup Komodo yang sudah langka, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam. Di sana juga bertumbuh kayu Sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian. Pohon ini juga tumbuh subur di wilayah barat Pulau Flores. Ada juga  pohon nitak atau sterculia oblongata yang diyakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih seperti kacang polong.
Lihat foto pesona Taman Nasional Komodo di sini.
• VIVAnews
Rating






Komentar
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
   

Kebun Binatang Gembira Loka Capai Target Sejuta Pengujung

YOGYAKARTA, (PRLM).- Kebun binatang Gembira Loka Yogyakarta mampu memenuhi target menggaet sejuta pengunjung tahun ini. Target tersebut tercapai hanya dalam waktu 10 bulan lima hari. Capaian ini sangat prestisius di tengah banyak kebun binatang merana, hewannya mati, tidak terurus dan minim pengunjung.
Direktur Utama PT Buana Alam Tirta (Manajemen Gembira Loka Zoo), KMT A. Tirtodiprojo, Senin (7/11), mengatakan, pengunjung satu juta dicapai pada Sabtu (5/11) pukul 8.30 WIB. Winardi (49) asal asal Kendal, Jateng menjadi tercatat sebagai pengunjung ke satu juta.
Winardi mengaku tidak mengerti ada pencatatan pengunjung sehingga terkejut ketika disambut oleh direksi dan karyawan serta mendapat hadian televisi dari pengelola kebun binatang tersebut.
Kebun binatang Gembira Loka terletak di bagian timur Kota Yogyakarta, dirintis atas gagasan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada 1933 dan direalisasikan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pada awalnya, nama kebun binatang tersebut Kebun Rojo (Kebun Raja). Perancang lokasi kebun, Ir. Karsten, arsitek Belanda. Pelaksanaan pembangunan macet akibat Perang Dunia II dan mulai dirintis lagi pada 1949. Sekitar 1953, pembangunan kebun binatang terealisasi, dikelola oleh Yayasan Gembira Loka yang dipimpin Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII. Koleksi binatang mulai lengkap pada 1978. Pengunjung bisa mencapai 1,5 juta
orang dalam setahun.
Saat ini, kebun binatang tersebut tidak hanya memajang koleksi binatang-binatang. Manajemen mengembangkan lokasi kebun binatang sebagai arena bermain anak-anak maupun keluarga, dengan menyediakan anake permainan di atas air maupun wisata fotografi terutama pada jadwal petugas memberi makan ke binatang. (A-84/A-147)***

Koleksi Kebun Binatang Surabaya Terus Berkurang  

Kebun Binatang Surabaya. TEMPO/Fully Syafi

Berita terkait


<a href='http://openx2.tempointeraktif.com/www/delivery/ck.php?n=a6f00733&cb=' target='_blank'><img src='http://openx2.tempointeraktif.com/www/delivery/avw.php?zoneid=400&cb=&n=a6f00733' border='0' alt='' /></a>
TEMPO Interaktif, Surabaya - Koleksi satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali berkurang. Kali ini giliran babi rusa (baby rousa babirussa) diketahui tewas ketika menjalani proses karantina penyembuhan di ruang karantina Rumah Sakit Hewan KBS.

Humas KBS, Agus Supangkat, mengatakan kematian babi rusa asal Sulawesi ini sudah bisa diprediksi sebelumnya. Apalagi, usianya memang sudah mencapai 25 tahun. "Babi rusa itu usia maksimal memang 20 tahunan, jadi mati karena faktor usia," kata Agus, Selasa, 25 Oktober 2011.

Sebelum tewas, tim dokter dari Rumah Sakit Hewan KBS sudah sepekan ini mengkarantina dan berikan pengobatan terhadap hewan yang sakit-sakitan karena faktor usia tersebut. Pagi tadi, tim dokter menemukan babi rusa tersebut sudah tewas di ruang karantina. Dengan tewasnya seekor babi rusa, koleksi hewan ini di KBS saat ini tinggal 36 ekor.

Sebelumnya, Ahad, 23 Oktober kemarin, komodo koleksi KBS juga ditemukan tewas. Semula, komodo dikira tewas karena berkelahi dengan sesama komodo di kandangnya. Tapi hari ini, dokter hewan KBS memastikan matinya komodo akibat gangguan pada indung telur.

Selain komodo, pada awal Oktober lalu setidaknya juga terdapat piton, buaya muara, serta kambing gunung koleksi KBS yang juga tewas. Bahkan, saat ini, setidaknya terdapat 50 satwa sedang menjalani karantina karena menderita berbagai penyakit.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, M Lutfi, menyayangkan banyaknya satwa yang mati di KBS. "Saat ini belum ada komunikasi yang baik di antara pengelola KBS," kata Lutfi.

Pemerintah Kota Surabaya, menurut Lutfi, harusnya segera mengambil alih pengelolaan Kebun Binatang andalan Surabaya itu. Untuk ini, BKSDA sudah berkirim surat kepada Wali Kota Surabaya. Hanya surat tersebut belum berbalas.

Dengan kondisi yang tanpa investor, Lutfi mengakui, akan sulit bagi KBS untuk merawat seluruh koleksi yang ada. Apalagi kondisi kandang juga sudah memprihatinkan. BKSDA sendiri siap untuk mengawal jika sewaktu-waktu diperlukan proses pemindahan satwa ke tempat lain di luar KBS.

Sekedar diketahui, pascakonflik dualisme kepemilikan KBS, saat ini pengelola KBS memang tidak jelas. Di satu sisi, Pemerintah Kota Surabaya, Pemerintah Jawa Timur, dan Kementerian Kehutanan sebagai penanggung jawab ternyata tak serius mengurus KBS.

Pemerintah Kota Surabaya sebagai pemilik lahan selalu melempar tanggung jawab kepada Kementerian Kehutanan. Di satu sisi, Kementerian Kehutanan sendiri mendesak Pemerintah Kota Surabaya serius mengurus KBS.

FATKHURROHMAN TAUFIQ

Kera Kebun Binatang Surabaya Dikabarkan Tewas

Nurul Arifin - Okezone
Jum'at, 28 Oktober 2011 19:41 wib
 1  22 0
ilustrasi monyet (Foto: Ist)
ilustrasi monyet (Foto: Ist)
SURABAYA - Setelah kematian Komodo Dragon dan Babi Rusa beberapa hari yang lalu, kali ini beredar kabar dua ekor kera di Kebun Binatang Surabaya (KBS) tewas.

Dua kera itu adalah jenis Jacky-Jacky dan Ungko. Keduanya tewas diperkirakan tewas pada Kamis 27 Oktober sore. Sayangnya, bangkai kera itu langsung dibakar di tempat kremasi yang berada di belakang ruang karantina.

Informasi yang berhasil dihimpun okezone di KBS menyebutkan, dua kera itu sebelumnya memang sakit dan sedang dikarantina.

"Nggak tahu kapan masuk karantina, tapi dua kera itu kemarin sore tewas dan bangkainya sudah dibakar di ruang kremasi," kata sumber itu yang mewanti-wanti namanya jangan disebutkan, Jumat (28/10/2011).

Dia juga menyebut, KBS ini ada dua jenis kera Jacky-Jacky yakni Jambul dan Biasa. Sedangkan yang tewas adalah jenis Jacky-Jacky yang biasa.

"Kalau Ungko saya tidak tahu warnanya apa tapi di sini (KBS) jenis kera Ungko memiliki beraneka warna," ujarnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, kera yang masuk karantina karena mengidap penyakit. Namun di ruangan karantina itu malah membuat kera ini semakin parah. Sebab tidak bisa menikmati sinar matahari secara langsung. Bahkan, juga terjangkit Otopis atau pengecilan urat saraf. Sehingga, baik lengan maupun kaki terlihat mengecil karena jarang digerakkan.

"Tapi kadang juga karena kandang penuh lalu dimasukkan ke ruang karantina ini. Nah itu bisa fatal," kata wanita yang mengaku bekerja di KBS ini sudah 11 tahun itu.

Dia juga mengaku telah mengecek ke sejumlah bagian terkait kematian dua kera itu. "Sudah saya cek ke Bagian Recording (Pendataan), Karantina dan Taxidermi (Pengawetan) menyatakan betul ada dua kera yang mati kemarin sore," tandasnya.

Sementara itu Dr Jassi, Dokter Lapangan di KBS membantah jika ada satwanya yang tewas pada hari itu. "Tidak benar itu (kabar tewasnya dua kera di KBS). Saya pastikan tidak ada kera yang tewas," singkat Jassi ketika dihubungi.

Senada juga dikatakan oleh Heru Raharjo, Sekretaris Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS. Namun dia mengakui memang ada beberapa Satwa yang dikarantina itu. "Memang ada yang dikarantina tapi kalau tewas tidak ada," cetusnya Heru ketika dihubungi terpisah.

(kem)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews